
Iman kepada takdir, baik dan buruk, merupakan salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap Muslim. Takdir adalah ketetapan Allah yang mencakup segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, baik yang membawa kebaikan maupun yang menimbulkan keburukan. Keyakinan ini mengajarkan umat Islam untuk menerima segala kejadian dengan penuh kesabaran dan rasa syukur, serta menyadari bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah dan memiliki hikmah yang tersembunyi. Firman Allah SWT (QS. Al-Hadid: 22), menegaskan bahwa semua peristiwa telah ditetapkan oleh Allah dan kita sebagai hamba-Nya harus berserah diri kepada-Nya.
Bismillahirrohmannirrohiim. Seorang muslim mengimani rukun iman yang ke 6; "Takdir baik dan buruk datangnya dari Allah swt yang telah ditetapkan di dalam kitab lauhul mahfudz". Allah swt. berfirman:
مَاۤ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْۤ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْـرَاَهَا ۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ ۖ
"Apa saja yang menimpa (hal buruk yang menjadikan susah atau hal baik yang menjadikan senang) di muka bumi dan juga pada diri2mu sekalian kecuali sudah ada ketetapanya dalam kitab lauhul mahfudz sebelum Kami menciptakanya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah" (QS. 57:22).
Maka bagi orang yang beriman, hakekat baik dan buruk di dunia ini adalah ujian. Allah swt. berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗ وَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ
"Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati, dan (sebelum mati) Kami akan menguji kamu sekalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan, dan kepada Kami-lah kamu sekalian akan dikembalikan" (QS.21:35)
Jika ketetapan itu telah tertuang dalam kitab lauhul mahfudz, lalu apakah orang yang beriman cukup hanya berdiam diri saja? Toh ketetapan itu telah ada? Tentu jawabannya; "Tidak..." Karena orang yang beriman setelah ditentukan takdirnya, dia mengikuti hidayah Allah karena Allah yang telah menentukan takdir dan Allah juga yang memberikan hidayah, maka apapun takdir yang menimpa kepada orang yang beriman maka dia akan selamat karena dia selalu berpegang teguh dengan hidayah Allah swt. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَا لَّذِيْ قَدَّرَ فَهَدٰى
"yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk," (QS. Al-A'la 87: Ayat 3)
Untuk memudahkan dalam memahami rukun iman yang ke 6 ini, sangat bagus dengan bantuan syair dari sebuah lagu Betawi yang berjudul:
Sang Bango
"Sang bango e...e...e sang bango kenape ente delak delok aje?
Makenye aye delak delok aje sang ikan gak mau nimbul...
Sang ikan e...e...e sang ikan, kenape ente gak mau nimbul?
Makenye aye gak mau nimbul sang hujan turun aje...
Sang hujan e...e...e sang hujan, kenape ente turun turun aje?
Makenye aye turun turun aje, sang kodok manggilin aye...
Sang kodok e...e...e sang kodok, kenape ente panggil panggil hujan?
Makenye aye panggil panggil hujan, sang uler mau makan aye...
Sang uler e...e...e sang uler, kenape ente mau makan kodok?
Makenye aye mau makan kodok, sang kodok makanan aye."
Bango delak delok di atas air mencari ikan, sebagai lambang dari usaha. Ikan tidak mau nimbul, perlambang obyek usaha. Hujan turun aje, sebagai lambang dari kekuasaan Allah SWT. Kodok panggil-panggil hujan perlambang dari doa, dan Ular akan memakan kodok sebagai lambang dari setan.
Seorang muslim beriman pada rukun iman yang ke 6 yaitu bahwa takdir baik dan buruk itu telah ada ketetapannya di dalam kitab lauhul mahfudz, tetapi bukan berarti dia hanya berdiam diri saja, dia harus terus berusaha, dan harus jelas obyek usahanya; apakah bekerja, berdagang atau menuntut ilmu dan seterusnya. Lalu, dia harus menyadari dan berkeyakinan bahwa Allah-lah yang maha kuasa, yang menentukan segala-galanya, dan dia pun harus mengiringi dengan doa. Jadi seorang muslim harus melakukan dua hal dalam hidupnya yaitu:
Usaha dan Doa
Setelah berusaha dengan diiringi doa hasilnya menggembirakan maka bersyukurlah, tidak boleh fakhur (sombong, membanggakan diri) karena itu adalah takdir baik dari Allah. Dan sebaliknya jika hasilnya membuatnya susah maka bersabarlah, tidak boleh mukhtal (mengkhayal, bengong, melamun) yang itu akan memberikan peluang kepada setan untuk menggelincirkan manusia, seperti dilambangkan dengan uler pada lagu di atas. Allah SWT berfirman:
لِّـكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَاۤ اٰتٰٮكُمْ ۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرِ ۙ
"(Aku jelaskan semua itu) agar kamu tidak berkeluh kesah sangat terhadap apa yang luput dari kamu (sehingga menjadi mukhtal) dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu (sehingga menjadi fakhur). Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang mukhtal (mengkhayal, bengong, melamun ketika takdirnya buruk) dan fakhur (sombong membanggakan diri ketika takdirnya baik)"
"Uler ditanya, mengapa ente makan kodok? Makenye aye makan kodok, sang kodok makanan aye". Kalau setan ditanya, "mengapa ente gelincirkan manusia? Memang itu sudah pekerjaan aye", jawab setan. Allah SWT. berfirman:
قَالَ فَبِمَاۤ اَغْوَيْتَنِيْ لَاَ قْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ ثُمَّ لَاٰ تِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ ۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ
"Iblis menjawab; karena sudah Engkau tetapkan bahwa aku sesat (gara-gara aku tidak mau sujud kepada (Adam) maka sungguh aku akan gelincirkan keturunannya dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian akan aku datangi mereka dari depan belakang, dari kanan dan kiri mereka. Dan sungguh Engkau akan dapatkan kebanyakan mereka tidak bersyukur" (QS.7:16-17).
قَالَ رَبِّ بِمَاۤ اَغْوَيْتَنِيْ لَاُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى الْاَرْضِ وَلَاُغْوِيَـنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَ ۙ اِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْن
"Iblis berkata; Ya, Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan aku sesat (gara2 aku tidak mau sujud kepada Adam) pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba2 Engkau yang mukhlis diantara mereka" (QS.15:39-40).
Baca Juga:
Maka anak cucu Adam dan Hawa harus sadar dan waspada karena telah dikepung dari semua penjuru oleh setan untuk digelincirkan dengan berbagai cara, dari jalan yang lurus sehingga mereka banyak yang membangkang dan kafir pada Allah. Untuk dapat lebih memahami lagi rukun iman yang ke 6 ini, ada sebuah contoh ilustrasi sebagai berikut:
Seorang yang telah jadi sarjana dan sudah punya penghasilan tetap, maka obyek usaha berikutnya adalah mencari pasangan untuk dijadikan istri. Sebut saja sarjana itu seorang laki-laki bernama Ucok asli Medan yang mencari pasangan di tempat kerjanya. Dia berkenalan dengan seorang gadis sunda, sebut saja namanya neng Euis dari Cianjur. Karena sering bertemu akhirnya jatuh hati dan jatuh cinta. Berkenalan di bulan Sya'ban dan sepakat akan menikah di bulan Haji, cukup punya waktu 5 bulan untuk mempersiapkan segala sesuatunya.
Sya'ban berlalu datang Ramadhan, Ramadhan berlalu datang Syawal. Karena tanggal 1 Syawal hari raya lebaran yang lazimnya masyarakat Indonesia liburan panjang, maka mereka berdua pun pulang kampung. Ucok pulang ke Medan dengan membawa berita gembira untuk disampaikan kepada keluarganya, dia telah punya pilihan calon istri yang akan dinikahi pada bulan Haji, dan neng Euis pun pulang ke Cianjur akan menyampaikan kabar gembira untuk keluarganya bahwa dia akan dilamar oleh pemuda asal Medan nanti pada bulan Haji.
Masa liburan berlalu, Ucok datang lebih awal kembali ke tempat kerjanya, yang tentu kangen dan ingin berjumpa dengan kekasihnya. Hari pertama kerja, Ucok belum bertemu kekasihnya neng Euis, hari ke dua dan ketiga neng Euis belum juga nampak, dan di hari yang keempat bukan neng Euis yang datang tapi sepucuk surat yang memberitakan bahwa neng Euis berhenti dari kerja karena dipaksa kawin oleh orang tuanya di kampung halamannya.
Ini jelas merupakan takdir buruk bagi Ucok. Menyikapi hal itu Ucok seharusnya tidak boleh mukhtal tapi harus bersabar. Tapi rupanya Ucok menyikapi dengan mukhtal (mengkhayal, bengong melamaun). Semalaman dia tidak bisa tidur, bukan karena banyak nyamuk yang bisa diatasi dengan Baygon, tapi karena hatinya galau ditinggal kawin oleh kekasihnya. Begitu datang pagi yang biasanya telah siap2 untuk bekerja tapi dia berjalan ke belakang rumah duduk di depan pintu melanjutkan bengongnya. Ketika mukhtal itulah datang setan membisikkan kejahatan ke dada Ucok, khasnya, membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia (yuwaswisu fi shudurinnaas).
Kata setan; "Hai Ucok, sakit ya ditinggal kawin sama neng Euis? Dari pada mengalami sakit hati yang sepedih itu, semalaman sudah tidak bisa tidur, tuh ada pohon jambu, gantung diri saja di pohon jambu!". Disuruhnya Ucok gantung diri. Kalau tidak berani setan tidak putus asa, lalu dibisiki lagi; "kalau tidak berani, kan semalam baru beli Baygon, tenggak saja itu Baygon!".
Makanya tidak heran terkadang ada berita di koran berjudul : "Seorang pemuda mati bunuh diri nenggak Baygon karena ditinggal kawin oleh sang kekasih". Kalau blm berhasil juga, setan membisiki lagi; "Hai Ucok, kalau gantung diri tidak berani, nenggak Baygon pun tidak berani, putuskan saja jangan nikah sampai tua dari pada nanti harus mengalami patah hati yang kedua kali". Maka tidak heran terkadang kita menemukan orang tidak mau menikah sampai tua gara2 cinta pertamanya dikhianati, dan ini akibat dari mukhtal. Seharusnya Ucok menyikapi musibah yang menimpanya bukan dengan sikap mukhtal tapi dengan sikap sabar walau hati susah dengan berujar, "Inna lillahi wa inna ilaihi roji'uun".
Sikap mental orang yang sabar adalah:
- Daya tahan kuat
- Daya juang tinggi
- Dinamis, aktif dan kreatif.
Ketika mendapatkan musibah seperti itu, daya tahan harus kuat, tidak boleh hancur gara-gara itu. Daya juang harus tinggi, walau bagaimana pun saya harus menikah. Dinamis, aktif dan kreatif, harusnya otaknya mikir, oh iya dia nikah karena dipaksa oleh orang tuanya, atau, bisa juga kemudian dia menemui teman dekat untuk curhat meringankan beban yang berat di hatinya. Dan teman dekatnya pun, harusnya berkata: "Sudahlah Cok, jangan terlalu bersedih hati, itulah takdir buruk dari Allah SWT, yang boleh jadi Allah SWT akan memberikan jodoh yang lebih baik buat kamu, kamu tidak boleh hancur gegara itu, semua pasti ada hikmahnya, dunia tidak selebar daun kelor, dan bisa juga mengajak Ucok untuk pergi... meghiburnya agar selamat dari jerat setan yang akan menghancurkannya.
Bagaimana jika takdir Ucok berkebalikan, jadi nikah dengan neng Euis? Dia tidak boleh fakhur (sombong, membanggakan diri), di tempat kerjanya tidak boleh tepok dada sambil berkata: "Jangan sebut Ucok kalau tidak bisa mendapatkan neng Euis..". Ini namanya fakhur, tapi harusnya bersyukur pada Allah swt dengan mengucapkan, "Alhamdulillahirobbil'alamin", dan disempurnakan dengan sujud syukur. Bersyukur adalah; Mempergunakan pemberian Allah sesuai dengan fungsinya, untuk mendapatkan keridloan-Nya.
Jadi tujuan iman pada takdir adalah: Untuk membentuk muslim dan muslimah agar bersabar ketika mendapatkan kesusahan, tidak boleh mukhtal karena itu adalah takdir buruk dari Allah, dan agar bersyukur ketika mendapatkan kesenangan tidak boleh fakhur karena itu adalah takdir baik dari Allah.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. (رواه مسلم)
Rasulullah saw. bersabda; "Sungguh menakjubkan urusan orang yang beriman karena urusannya semuanya baik, dan hal seperti itu tidak akan terjadi kepada seorang pun kecuali hanya bagi orang yang beriman. Apabila menimpanya sesuatu yang menggembirakan lalu ia bersyukur maka itu baik baginya dan apabila menimpanya sesuatu yang menyusahkan lalu dia bersabar maka itu pun baik baginya". (HR.Muslim).
Jadi keberhasilan seorang yang beriman dalam hidup bukan, berhasil atau tidaknya dalam hidup tapi dari bagaimana dia menyikapi keadaan yang dialaminya. Bila susah dia bersabar dan bila senang dia bersyukur, maka itulah orang yang berhasil dalam hidupnya. Kemudian Apakah takdir itu bisa dirubah?
Jawabannya; karena takdir itu masalah yang ghaib maka setiap manusia tidak akan mengetahui bagaimana takdirnya, karena yang tahu masalah yang ghaib itu hanya Allah swt. dan Rasul yang diridhoi. Allah SWT berfirman:
عٰلِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلٰى غَيْبِهٖۤ احدا اِلَّا مَنِ ارْتَضٰى مِنْ رَّسُوْلٍ فَاِنَّهٗ يَسْلُكُ مِنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ رَصَدًا ۙ
"Allah-lah yang mengetahui yang ghaib maka Allah tidak perlihatkan yang ghaib itu kepada seorang pun kecuali hanya kepada Rasul yang diridloi-Nya, karena Dia mengadakan penjaga2 (Malaikat) di muka dan di belakangnya (QS.72:26-27).
Rasulullah tahu kalau takdirnya nanti masuk Sorga, tapi karena beliau ma'shum, tidak bisa digelincirkan oleh setan, bahkan beliau semakin meningkatkan sholatnya, terbukti ketika istrinya, Siti Aisyah bertanya kepadanya:
"Wahai Rasulullah, mengapa engkau begitu lama dan tekun sholat, bukankah engkau sudah dijamin masuk Sorga?". Rasulullah menjawab: "Bukankah lebih patut untuk aku lebih bersyukur pada Allah?".
Itu berarti karena Nabi tidak bisa digelincirkan oleh setan. Tapi, kalau manusia macam kita yang tidak ma'shum, bila sudah tahu takdir kita masuk Sorga, bisa2 kita berhenti sholat, karena kata setan; "Buat apa capek-capek sholat, nanti juga kamu akan masuk Sorga, sudah tidak usah sholat..."
Atau kalau tahu takdir kita masuk Neraka, setan berkata lagi; "Percuma juga kamu sholat, toh tempat kamu nanti di Neraka juga, sudah tidak usah sholat...!". Disuruhnya untuk melalaikan sholat.
Kalau sudah tahu bahwa takdir kita nantinya jadi orang kaya maka setan akan membisiki; "Buat apa capek2 kerja keras, nanti juga kamu jadi orang kaya, sudah tidak usah kerja...!". Disuruhnya orang itu males. Sebaliknya jika kita tahu bahwa takdir kita nanti miskin, maka setan akan membisiki lagi; "Percuma kamu kerja keras, toh takdirmu miskin2 juga, sudah tidak usah kerja...!". Disuruhnya orang itu males.
Jadi, yang harus dilakukan oleh orang yang beriman dalam hidup ini hanya BERUSAHA dan BERDOA hasilnya tawakal pada Allah SWT. Allah swt. berfirman:
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَىِّ الَّذِى لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِۦ ۚ وَكَفٰى بِهِۦ بِذُنُوبِ عِبَادِهِۦ خَبِيرًا
"Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup, Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya," (QS. Al-Furqan 25: Ayat 58)
Bila menyenangkan syukuri dan bila menjadikannya susah bersabarlah. Usaha tanpa doa sombong, se-akan-akan dia mampu tanpa bantuan Allah SWT. yang maha kuasa. Sebaliknya doa tanpa usaha, males dan sombong, se-olah-olah dia kekasih Allah tanpa usaha pun akan dikasih oleh Allah SWT. Walhamdulillahi Robbil'alamiin. Wallahu a'lam bisshowaab.
Oleh: Alm. KH. Muhammad Ma'mun
Pimpinan Pesantren Modern Daar El-Falaah, Mandalawangi, Pandeglang, Banten.
Comments
Post a Comment