
Sebagai Muslim, pengenalan terhadap Allah ‘Azza Wa Jalla adalah fondasi utama dalam kehidupan beragama kita. Allah adalah Pencipta alam semesta dan segala isinya, serta satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Pemahaman yang mendalam tentang sifat-sifat dan kebesaran Allah adalah kunci untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita. Allah memiliki banyak nama dan sifat yang menggambarkan kebesaran dan kesempurnaan-Nya. Nama-nama Allah yang indah dan sifat-sifat-Nya yang agung adalah cerminan dari kemuliaan dan kasih sayang-Nya kepada makhluk ciptaan-Nya. Dalam Islam, mengenal Allah bukan hanya melalui akal, tetapi juga melalui hati yang tulus dan ibadah yang ikhlas.
Apabila anda ditanya, Siapakah Tuhanmu? Maka katakanlah: Tuhanku adalah Allah SWT, yang telah memelihara diriku dan memelihara semesta alam ini dengan segala ni’mat yang dikaruniakan-Nya. Dan dialah sembahanku, tiada sesembahan yang haq selain Dia.
Allah SWT Berfirman:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Segala puji hanya milik Allah Tuhan Pemelihara semesta alam“.
[QS. al-Faatihah 1:1]
Semua yang ada selain Allah disebut alam, dan aku adalah salah satu dari semesta alam ini. Selanjutnya jika anda ditanya, Melalui apa anda mengenal Tuhan? Maka hendaklah anda jawab: Melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya dan melalui ciptaan-Nya. Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah: malam, siang, matahari dan bulan. Sedang di antara ciptaan-Nya ialah: tujuh langit dan tujuh bumi beserta segala mahluk yang ada di langit dan di bumi serta yang ada di antara keduanya.
Allah SWT Berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah kamu bersujud kepada matahari dan janganlah (pula kamu bersujud) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya jika kamu benar-benar hanya kepada-Nya beribadah”
[QS. Fushshilat 41:37]
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya Tuhanmu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang, senantiasa mengikutinya dengan cepat. Dan Dia (ciptakan pula) matahari dan bulan serta bintang-bintang (semuanya) tunduk kepada perintah-Nya. Ketahuilah hanya hak Allah mencipta dan memerintah itu. Maha Suci Allah Tuhan semesta alam“.
[QS. al-A’raaf 7:54]
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ﴿٢١﴾الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Wahai manusia ! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertaqwa, (Tuhan) yang telah menjadikan untukmu bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap, serta menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan air itu Dia menghasilkan segala buah-buahan sebagai rizki untukmu. Karena itu, janganlah kamu mengangkat sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui“.
[QS. al-Baqarah 2:21-22]
Ibnu Katsir[1] rahimahullah Ta’ala, mengatakan :”Hanya Pencipta segala sesuatu yang ada inilah yang berhak disembah dengan segala macam ibadah”.[2] Dan macam-macam ibadah yang diperintah Allah itu, antara lain : Islam[3], Iman, Ihsan, Do’a, Khauf (takut), Raja’ (pengharapan), Tawakkal, Raghbah (penuh minat), Rahbah (cemas), Khusyu’ (tunduk), Khasyyah (takut), Inabah (kembali kepada Allah), Isti’anah (memohon pertolongan), Isti’adzah (meminta perlindungan), Istighatsah (meminta pertolongan untuk dimenangkan atau diselamatkan), Dzabh (penyembelihan) Nadzar dan macam-macam ibadah lainnya yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Allah SWT Berfirman:
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah, karena itu janganlah kamu menyembah seorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah“.
[QS. al-Jinn 72:18]
Karena itu barangsiapa yang menyelewengkan ibadah tersebut untuk selain Allah, maka dia adalah musyrik dan kafir.
Allah SWT Berfirman:
وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
“Dan barangsiapa menyembah sesembahan yang lain di samping (menyembah) Allah, padahal tidak ada satu dalilpun baginya tentang itu, maka benar-benar balasannya ada pada tuhannya. Sungguh tiada beruntung orang-orang kafir itu“.
[QS. al-Mu’minuun 23:117]
Berikut ini beberapa Dalil-dalil yang terkait dengan Ibadah:
-
Dalil Do'a:
Allah SWT Berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Tuhanmu berfirman : Berdo’alah kamu kepada-Ku niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya, orang-orang yang enggan untuk beribadah kepada-Ku pasti akan masuk neraka dalam keadaan hina-dina“.
[QS. Ghaafir 40:60] -
Dalil Khauf (Takut).
Allah SWT Berfirman:
فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman“.
[QS. Ali ‘Imran 3:175] -
Dalil Raja’ (Pengharapan).
Allah SWT Berfirman:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Untuk itu barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhanya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya“.
[QS. al-Kahfi 18:110] -
Dalil Tawakkal (Berserah Diri).
Allah SWT Berfirman:
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Dan hanya kepada Allah-lah supaya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman“.
[QS. al-Maa’idah 5:23]وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Dia-lah yang akan mencukupinya“.
[QS. ath-Thalaaq 65:3] -
Dalil Raghbah (Penuh Minat), Rahbah (Cemas) dan Khusyu’ (Tunduk).
Allah SWT Berfirman:
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
“Sesungguhnya mereka itu senantiasa berlomba-lomba dalam (mengerjakan) kebaikan-kebaikan serta mereka berdo’a kepada Kami dengan penuh minat (kepada rahmat Kami) dan cemas (akan siksa Kami), sedang mereka itu selalu tunduk hanya kepada Kami“.
[QS. al-Anbiyaa 21:90] -
Dalil Khasy-yah (Takut).
Allah SWT Berfirman:
فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي
“Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku“.
[QS. al-Baqarah 2:150] -
Dalil Inabah (Kembali Kepada Allah).
Allah SWT Berfirman:
وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ
“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu serta berserah dirilah kepada-Nya (dengan mentaati perintah-Nya), sebelum datang adzab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat tertolong (lagi)“.
[QS. az-Zumar 39:54] -
Dalil Isti’anah (Memohon Pertolongan).
Allah SWT Berfirman:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada Engkau-lah kami beribadah dan hanya kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan“.
[QS. al-Faatihah 1:4]Rosulullah SAW Bersabda:
اِذَاا سْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ
“Apabila kamu memohon pertolongan, maka memohonlah pertolongan kepada Allah“. [5].
-
Dalil Isti’adzah (Meminta Perlindungan).
Allah SWT Berfirman:
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
“Katakanlah Aku berlindung kepada Tuhan yang Menguasai subuh“.
[QS. al-Falaq 113:1]قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ﴿١﴾مَلِكِ النَّاسِ
“Katakanlah Aku berlindung kepada Tuhan manusia. Penguasa manusia“.
[QS. an-Naas 114:1-2] -
Dalil Istighatsah (Meminta Pertolongan Untuk Dimenangkan Atau Diselamatkan).
Allah SWT Berfirman:
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ
“(Ingatlah) tatkala kamu meminta pertolongan kepada Tuhanmu untuk dimenangkan (atas kaum musyrikin), lalu diperkenankan-Nya bagimu“.
[QS. al-Anfaal 8:9] -
Dalil Dzabh (Penyembelihan).
Allah SWT Berfirman:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ﴿١٦٢﴾لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah. Sesungguhnya shalatkku, penyembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam, tiada sesuatu-pun sekutu bagi-Nya. Demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama kali berserah diri (kepada-Nya)“.
[QS. al-An’am 6:162-163]Rosulullah SAW Bersabda:
لَعَنَ اللَّهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِاللَّهِ
“Allah melaknat orang yang menyembelih (binatang) bukan karena Allah“. [6].
-
Dalil Nadzar.
Allah SWT Berfirman:
يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا
“Mereka menunaikan nadzar dan takut akan suatu hari yang siksanya merata di mana-mana“.
[QS. al-Insaan 76:7]
Oleh: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab.
[Disalin dari buku Tiga Landasan Utama, Oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, Dicetak dan Disebarkan oleh Kementrian Urusan Islam, Waqaf, Da’wah dan Penyuluhan Urusan Penerbitan dan Penyebaran Kerajaan Arab Saudi]
Footnote:
- Abu Al-Fidaa : Ismail bin Umar bin Katsir Al-Qurasy Ad-Dimasyqi (701-774H – 1302-1373M). Seorang ahli ilmu hadits, tafsir, fiqh dan sejarah. Diantara karyanya : Tafsir Al-Qur’aan Al-Azhim, Thabaqat Al-Fuqahaa Asy Syafiiyyun, Al-Bidayah wa An-Nihayah (sejarah), Ikhtishaar ‘Uluum Al-Hadits, Syarh Shahih Al-Bukhari (belum sempat dirampungkannya).
- Lihat Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, (Cairo, Maktabah Dar At-Turats, 1400H) jilid. 1 hal. 57.
- Islam yang dimaksud disini, adalah Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat dan Haji.
- Hadits Riwayat At-Tirmidzi dalam Al-Jaami’ Ash-Shahiih, kitab Ad-Da’waat, bab 1. “Maksud hadits ini adalah bahwa segala macam ibadah, baik yang umum maupun yang khusus, yang dilakukan seorang mu’min, seperti mencari nafkah yang halal untuk keluarga, menyantuni anak yatim dll, semestinya diiringi dengan permohonan ridha Allah dan pengharapan balasan ukhrawi. Oleh karena itu Do’a (permohonan dan pengharapan tersebut) disebut oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai sari atau otak ibadah, karena senantiasa harus mengiringi gerak ibadah”.
- Hadits Riwayat At-Tirmidzi dalam Al-Jaami’ ‘Ash-Shahiih, kitab Shifaat Al-Qiyaamah wa Ar-Raqa’iq wa Al-Wara : bab 59 dan riwayat Imam Ahmad dalam Al-Musnad. Beirut Al-maktab Al-Islami 1403H jilid 1 hal. 293, 303, 307.
- Hadits Riwayat Muslim dalam Shahihnya, kitab Al-Adhaahi, bab 8 dan riwayat Imam Ahmad dalam Al-Musnad, jilid 1, hal. 108, 118 dan 152.
Comments
Post a Comment